1. Judul
Penelitian : Relevansi Nilai Selisih Loans Book Value dan Loans, Fair Value,Book
Value Per Share, Earning Per Share Dan
Ukuran Perusahaan
2. Penulis
: Dina Bakti Pertiwi1, Novrys
Suhardianto Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Airlangga
3. Nama
Jurnal : Jurnal Akuntansi dan Keuangan,
Vol. 17, No. 2, November 2015,82-90
4. Tahun
Terbit : 2015
5. Latar
Belakang Penelitian
Sejak
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) berkomitmen menerima IFRS pada 2008, proses
konvergensi PSAK terhadap IFRS terus berlangsung sampai kesenjangan antara PSAK
dan IFRS semakin mengecil dengan harapan relevansi laporan keuangan menjadi
lebih baik. Salah satu dampak konvergensi PSAK terhadap IFRS adalah
kecenderungan meninggalkan historical cost menuju fair value meskipun
perdebatan soal kedua metode penilaian tersebut belum berakhir (Drago, et al.
2013). Penggunaan historical cost dipandang akan mengurangi relevansi laporan
keuangan dalam pengambilan keputusan .
Penggunaan
fair value sangat disarankan oleh
standar akuntansi keuangan nomor 55 (PSAK 55) untuk instrumen keuangan.
Salah satu instrumen keuangan paling dominan di perbankkan adalan loan atau pinjaman.
Karena penggunaan fair value dapat meningkatkan relevansi namun berpotensi
tidak andal, ketika tidak ada harga pasar yang dapat mengevaluasi aset dan
liabilitas keuangan. penggunaan fair value dapat mewakili intervensi pemerintah
yang lebih tepat, melalui pengaturan pasar dan harga, untuk lembaga-lembaga
yang bermasalah.
mengungkapkan
nilai wajar untuk instrumen keuangan sangat memengaruhi perbankan karena
instrumen keuangan adalah komponen utama aset dan liabilitas bank. Berdasarkan
PSAK 55, kredit (loans) diukur pada biaya perolehan diamortisasi dan bank wajib
mengungkapkan nilai wajarnya dalam catatan atas laporan keuangan.dengan
demikian pngungkapan loans fair value ini diharapkan dapat menambah relevansi
saldo loan. informasi akuntasi dikatakan relevan apabila mampu mempengaruhi
harga pasar saham.
Pengguna
laporan keuangan bank tertarik mengetahui kualitas dan nilai loan sebagai dasar
pengambilan keputusan ketika nilai loan sangat signifikan. Di samping itu,
kualitas loan yang tergambar dalam nilai wajar loan juga menarik minat pengguna
laporan keuangan karena mampu merepresentasikan kemampuan bank dalam mengelola
pinjaman yang diberikan. Nilai wajar loan tidak cukup bermakna jika tidak
dibandingkan dengan nilai perolehannya. selisih antara loans book value dengan
loans fair value mampu mendeteksi kemampu manajemen bank dalam menjaga kualitas
loan. Kualitas loan yang baik tentu akan direspon secara positif oleh pengguna
laporan keuangan
6. METODE
PENELITIAN
·
Metode yang di guanakan adalah metode kuantitatif,dengan
metode pengamatan dari tahun 2010 sampi dengan tahun 2013.
·
Sumber data yang di gunakan dalam metode
ini adalah data skunder yang di dapat dari web resmi bursa efek indonesia
(www.idx.co.id), Bank Indonesia (www.bi.go.id),
dan Yahoo Finance (www.finance.yahoo.com)
·
Variabel independen dalam penelitian
ini, antara lain : selisih loans book value dan loans fair value, book value
per share, earnings per share dan ukuran perusahaan. Variabel dependen adalah
harga saham.
7. HASIL
PENELITIAN
Perusahaan
yang digunakan sebagai sampel berjumlah 27 perusahaan perbankan yang terdaftar
dalam bursa efek indonesia yang telah memenuhi kriteria sampel dengan periode
pengamatan selama tahun 2010-2013.
Berikut
ini merupakan analisis statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian.
Maka
dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa selisih loans book value dan loans
book value, book value per share, earnings per share dan ukuran perusahaan
memiliki kontribusi sebesar 83,3% dalam mempengaruhi harga saham sedangkan
16,7% sisanya dipengaruhi oleh variabel independen lain yang tidak diteliti.
Berdasarkan
pada Tabel 4 dan Tabel 5, hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa
nilai β untuk variabel book value per share (BVE) adalah bertanda negatif
dengan nilai signifikansi β sebesar 0,009 lebih kecil dari tingkat signifikan
0,05 maka secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan dari book value per
share terhadap harga saham. Hal ini sesuai dengan penelitian Drago, et al.
(2013). Tetapi penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Agostino,
et al. (2012). Book value per share menunjukkan aktiva bersih yang dimiliki
oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham, dimana aktiva bersih adalah
sama dengan total ekuitas pemegang saham (Jogiyanto, 2007). Jumlah saham
beredar yang tinggi namun tidak diimbangi dengan kenaikan jumlah ekuitas atau
aktiva bersih akan menyebabkan kinerja pasar atau peluang pasar rendah dan
berdampak pada rendahnya harga saham serta sebaliknya
Kesimpulan :
Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa selisih loans book value dan loans fair value
berpengaruh dan mempunyai value relevance dalam menjelaskan harga saham ketika
loans book value dan berbeda dengan loans fair value-nya. Hal ini menandakan
bahwa pengungkapan loans fair value yang merupakan syarat wajib bagi perbankan
akan direspon oleh investor ketika loans book value dan loans fair value-nya
mempunyai perbedaan nilai, sehingga dapat disimpulkan bahwa selisih loans book
value dan loans fair value mempunyai value relevance dalam menjelaskan harga
saham. Book value per share berpengaruh dan mempunyai value relevance dalam
menjelaskan harga saham ketika earnings tidak menggambarkan laba masa depan.
Hal ini menandakan bahwa informasi book value per share akan direspon investor
ketika earnings tidak menggambarkan pengukuran yang baik untuk laba masa depan.